Bejana Hiba
plastik
dan botol
diterajang
kekasih yang
sendat erat
berpegang
suara
ombak
tenggelam
dalam
jerit serak
sorak motokar
yang gila
mengoyak
mengapa
tergamak
ketika laut
menghulur
rezeki
dari Ilahi
kau suapkan
pula ia
dengan
najis loji?
tapi ah,
pepasir halus
mengelus kaki
memujuk
hati ini
bayu juga
masih lagi
bernyanyi
cuma
lagunya kini
hanya elegi
bersimpati, lalu
kulemparlah
pandang hiba
ke arah
laut kosong...
Apakah
aku saja
berhiba?
Ya,
mungkin saja
laut inilah
air mata
tangis
hiba dunia
atau
hiba satu dunia
sudah
dibenam
ke dasar
sedalamnya
aneh,
tenang saja
dalam riak
dan
kocak manja
samudera
menerimanya
seolah
memang dialah
bejana hiba
tetap juga
setiap senja
sinar
yang kudus
itu ada
di atas sejalur
cahaya mentari
yang damai
didakap
ufuk jingga
No comments:
Post a Comment